Filsa Budi
Ambia, berjaya dengan kepiting Kalimantan Timur. (Foto: Detik Finance)
Hari itu, sekitar Februari 2013 Filsa Budi Ambia, 27,
tercenung. Uang ditangan tersisa Rp100 ribu, sisa hasil menggadaikan cincin,
sementara anaknya menangis minta susu. Apa yang ia lakukan? Dengan modal
Rp75.000 ia memulai bisnis peyek yang kini beromzet Rp165 juta per bulan.
Bagaimana kisahnya?
Kilas balik hidup Filsa memang penuh perjuangan. Tahun
2007 ia merantau ke Balikpapan, lalu bekerja serabutan antara lain menjadi
sopir di perusahaan tambang. Karena gajinya tidak cukup untuk biaya hidup,
Filsa memutuskan mengundurkan diri ditahun 2010. Ia kemudian memutuskan untuk
memulai usaha kecil-kecilan.
Filsa lalu buka usaha ayam goreng, namun kemudian
bangkrut. Berbagai usaha dicoba, termasuk mencoba berbisnis martabak mini franchise.
Usaha ini sempat berkembang sampai memiliki 35 cabang. Namun nasib
baik ternyata belum perpihak pada Filsa. Usaha franchisenya juga bangkrut
ditahun 2012. Bahkan Filsa mengaku sempat tertipu investasi gadungan senilai Rp
120 juta dan punya utang banyak. Sementara waktu itu Filsa sudah berkeluarga
dan memiliki anak.
Ketika ia berada di posisi terpuruk, Filsa kepikiran
untuk berjualan peyek. Ia membeli 1 kg daging kepiting lalu diolah sehingga
menjadi 20 pcs peyek. Tak diduga peyek buatannya laris terjual dan menghasilkan
Rp150 ribu. Pesanan lain berdatangan. Dari situlah awal kebangkitan seorang
Filsa hingga kini menjadi seorang wirausahawan yang berhasil.
Lalu kenapa
kepiting, bukan yang lain? Mengapa peyek?
Pria asal Banyumas ini ternyata melihat potensi
kepiting yang banyak tersedia di Kalimantan Timur. Ia memilih peyek karena ia
paham cara pembuatannya. Lagipula Filsa ingin peyek dikenal lebih luas segala
kalangan.
“Saya ingin peyek ini naik kelas. Lalu saya pikir
nilai tambahnya apa, dengan kemasan biasa tentu nggak cocok. Di Kalimantan itu
banyak kepiting, saya pikir tes dulu, lalu penggunaan bumbu saya akurasi dan
dikemas menarik lalu diberi ke teman-teman,” kata Filsa sebagaimana dilansir
Detik Finance.
Filsa kemudian
mengembangkan usahanya dan memberikan sentuhan profesional antara lain dengan
kemasan yang baik. Bahan bakunya saat ini sudah mencapai 40 kg untuk
menghasilkan sekitar 2.000 pcs peyek per hari. Usaha Filsa juga telah membuka
peluang kerja bagi setidaknya 21 pegawainya.
Soal pemasaran,
Filsa menyalurkan produknya melalui toko oleh-oleh, ritel modern seperti
hipermarket di Kalimantan Timur. Ia juga menjalin kerjasama distribusi ke mitra
usaha di Jakarta, Sumatera, Kalimantan, Jawa, hingga Sulawesi. Ekspansi
pastilah sudah dalam benaknya untuk menjemput keberhasilan demi keberhasilan.
Melihat kisah hidup yang penuh warna dan perjuangan,
tidak heran bila Filsa termasuk salah satu finalis dalam acara tahunan
Wirausaha Mandiri 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar